Wah mungkin karena game onLine sudah menjalar sehingga banyak permainan anak-anak Indonesia yang sudah mulai ditinggalkan. Mungkin zaman ini memang sudah berubah, inilah beberapa permainan tersebut
Bedil-bedilan

Dibentuk seperti senapan, dibagian ujungnya dipasangi karet pentil sepeda. Di bagian pangkalnya dipasangi penjepit terbuat dari kayu. Pelurunya dari buah tanaman klorak.

Dibentuk seperti senapan, dibagian ujungnya dipasangi karet pentil sepeda. Di bagian pangkalnya dipasangi penjepit terbuat dari kayu. Pelurunya dari buah tanaman klorak.
Tangkai buah klorak dijepit di pangkal senapan, sehingga buahnya menonjol dan karet pendek ini ditarik dan dikaitkan ke bonggolnya. Jadi kalau kita ingin menembak orang maka cukup tekan pelatuk atau penjepitnya maka terlontar buah klorak itu dari senapan kayu ini
bentengan

. Dalam permainan ini seluruh anggota dibagi menjadi dua kelompok. Masing-masing punya benteng. Jarak antar benteng sekitar 10 meter.

. Dalam permainan ini seluruh anggota dibagi menjadi dua kelompok. Masing-masing punya benteng. Jarak antar benteng sekitar 10 meter.
Setiap kelompok harus mempertahankan bentengnya masing-masing. Selain menyerang benteng lawan kita juga dapat menawan anggota lawan. Bila personal kita dapat bisa memegang kelompok lawan yang berkeliaran, dia jadi tawanan kita.
Untuk membebaskannya, kelompok lawan harus berani mendatangi kubu kita dan menyentuhnya tanpa tersentuh oleh kita. Kita tidak boleh tersentuh oleh lawan. Kalau tersentuh oleh lawan kita akan juga jadi tawanannya.
Titik kemenangan terletak jika kita dapat menyentuh benteng lawan
yoyo

Yoyo berasal dari Greece (negeri Yunani), sekitar 500 Sebelum Masehi. Yoyo pada awalnya terbuat dari kayu, logam, atau gerabah. Sudah menjadi kebiasaan, ketika seorang anak menuju dewasa ia akan mempersembahkan mainannya sewaktu masih muda kepada dewa. Yoyo kuno ini sekarang masih tersimpan di Museum Nasional Athena.

Yoyo berasal dari Greece (negeri Yunani), sekitar 500 Sebelum Masehi. Yoyo pada awalnya terbuat dari kayu, logam, atau gerabah. Sudah menjadi kebiasaan, ketika seorang anak menuju dewasa ia akan mempersembahkan mainannya sewaktu masih muda kepada dewa. Yoyo kuno ini sekarang masih tersimpan di Museum Nasional Athena.
Dalam catatan sejarah sekitar abad 16, para pemburu hewan dari Filipina biasa memanjat pohon dan mengikatkan tali ke batu sepanjang 20 feet untuk dilemparkan ke hewan buruan. Menurut Scientific American yang terbit tahun 1916, istilah yoyo berasal dari bahasa Filipina yang berarti “ayo-ayo”.
Membutuhkan ketrampilan untuk memainkan permainan yoyo ini.Ada banyak variasi memainkan permainan ini.
Ada yang cukup dilempar ke bawah dan yoyo akan naik kembali ke tangan kita lagi, terus dilempar lagi. Bagi yang sudah jago ada yang dilempar mendatar, atau bahkan dilempar ke atas. Atau dilempar mendatar di permukaan tanah dan yoyo bisa kembali lagi ke tangan. Malah ada yang jahil dengan diarahkan atau dilemparkan ke anak-anak perempuan.
Wacana permainan rupanya sedang disukai oleh para politisi. Gara-gara ucapan Megawati yang mengkritisi kebijakan ekonomi Presiden SBY yang dianggapnya seperti yoyo. “Naik-turun naik-turun. Dilempar kesana kemari. Kelihatannya indah tapi pada dasarnya tak menentu,” ujar Ketua Umum PDI Perjuangan ini dalam Rapat Kerja Nasional PDIP di Solo
polisi maling
Permainan ini minimal anggotanya dalam satu kelompok ada 4 orang. Terdiri dari dua kelompok.
Permainan ini minimal anggotanya dalam satu kelompok ada 4 orang. Terdiri dari dua kelompok.
Pertama-tama yang harus dilakukan, perwakilan kelompok maju ke depan untuk suit. Lalu, kelompok yang jadi maling harus mencari tempat persembunyian yang dirasa paling aman. Dengan syarat, meninggalkan jejak berupa panah disetiap jalan yang dilaluinya. Dengan kapur tulis digambar tanda panah untuk memberi petunjuk ke kelompok polisi. Bisa di dinding, pohon , maupun perempatan yang dilaluinya. Gambarnya dibuat tidak terlalu gamblang, biar tidak mudah ditemukan oleh lawan.
Selama kelompok maling mencari tempat persembunyian, kelompok polisi menunggu.
Saat kelompok polisi mencari jejak kelompok maling untuk menangkapnya. Setiap tanda panah yang sudah dilewati harus disilang agar tidak dilewati lagi untuk yang kedua kalinya. Dan, bila sudah tertangkap maka kelompok maling harus berjaga dan menjadi kelompok polisi demikian berganti-ganti. Tetapi, bila kelompok polisi tidak berhasil menemukan kelompok maling dan menyatakan menyerah, maka permainan dapat diulang lagi dan kelompok maling dapat ngumpet lagi untuk kedua kalinya
Masih ada yang lain seperti Gundu, Gobak Sodor, Petak Umpet, Tak Jongkok, Congklak, Dll,
Sebenernya permainan kampung atau jaman dulu seperti di atas sangat baik untuk mengembangkan potensi diri seperti kesabaran, kerjasama, kepemimpinan, kegigihan, dan banyak hal lain. Tapi seiring banyaknya mainan modern, permainan ini mulai ditinggalkan.

Sebenernya permainan kampung atau jaman dulu seperti di atas sangat baik untuk mengembangkan potensi diri seperti kesabaran, kerjasama, kepemimpinan, kegigihan, dan banyak hal lain. Tapi seiring banyaknya mainan modern, permainan ini mulai ditinggalkan.

Pringsewu Restauran group mengembangkan beberapa permainan tradisional di area bermain anak diantaranya egrang, bakiak dan masih banyak lainnya. Tak ketinggalan arena bermain berkonsep IPTEK (ilmu Pengetahuan dan Teknologi) turut makin menyemarakkan khasanah bermain. Lestarikan khasanah bermain anak dari generasi ke generasi.
0 komentar:
Posting Komentar